Banjir dan Longsor Melanda Belu
Rabu, 06 Pebruari 2008 | 14:33 WIB
TEMPO Interaktif, Kupang:Hujan deras yang melanda sebagian besar Timor Barat, Nusa Tenggara Timur, dalam dua hari terakhir menyebabkan empat desa di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, terendam banjir setinggi 0,5-1 meter. Sementara, tiga unit rumah di Kecamatan Tasifeo Timur ambruk tertimbun lumpur akibat tanah longsor.
Tidak ada laporan korban jiwa, namun lebih dari 1.000 warga mengalami krisis air bersih karena 78 sumur air bawah tanah yang selama ini menjadi sumber air minum tertimbun berbagai material bercampur lumpur.
Sekretaris Daerah Kabupaten Belu, JT Ose Luan, dalam laporan tertulisnya kepada Gubernur NTT di Kupang, Rabu (6/2), mengatakan banjir kiriman dari Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan serta banjir dari beberapa anak Sungai Benenain yang bermuara di Kecamatan Malaka Barat tersebut, juga merusak 120 hektare tanaman jagung, 40 hektare lahan produktif, 15 hektare ubi kayu dan 15 hektare padi ladang.
Pemerintah setempat telah melakukan tindakan penanganan secara terpadu, di antaranya mendistribusikan air bersih dengan tangki air serta menyiagakan tempat penampungan umum dua unit. "Untuk mengatasi masalah kesehatan sebagai dampak ikutan, kami telah mendistribusikan obat ke Polindes di setiap desa dan menerjunkan tim medis ke lokasi untuk membuka posko kesehatan," ujar Luan.
Langkah penanganan lainnya, yakni menyiapkan enam unit mesin pompa air untuk membersihkan sumur warga yang telah tertutup kotoran dan kemungkinan telah tercemar berbagai bakteri. "Apabila hujan dengan intensitas tinggi terus terjadi, maka banyak warga yang akan mengalami gagal panen sehingga terancam krisis pangan," tambahnya.
Sejumlah sumber yang dihubungi terpisah mengatakan tiga unit rumah penduduk yang tertimbun longsor milik Boergita Bau, Yosef Berek, dan Daminaus Fahik. "Para penghuni rumah berhasil menyelamatkan diri hanya beberapa saat sebelum longsor terjadi," ujar sumber itu.
Tiga rumah warga tersebut dibangun di tepi jalan raya antara Desa Nanaenoe dengan Desa Fahoeka yang memiliki kemiringan sekitar 60 derajat. Selain itu, ruas jalan antara Desa Nanaenoe-Fahoeka sepanjang 197 meter terputus total sehingga lalu lintas kendaraan menuju ke Atambua lumpuh.
Jems de Fortuna
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/nusatenggara/2008/02/06/brk,20080206-117027,id.html
Rabu, 06 Pebruari 2008 | 14:33 WIB
TEMPO Interaktif, Kupang:Hujan deras yang melanda sebagian besar Timor Barat, Nusa Tenggara Timur, dalam dua hari terakhir menyebabkan empat desa di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, terendam banjir setinggi 0,5-1 meter. Sementara, tiga unit rumah di Kecamatan Tasifeo Timur ambruk tertimbun lumpur akibat tanah longsor.
Tidak ada laporan korban jiwa, namun lebih dari 1.000 warga mengalami krisis air bersih karena 78 sumur air bawah tanah yang selama ini menjadi sumber air minum tertimbun berbagai material bercampur lumpur.
Sekretaris Daerah Kabupaten Belu, JT Ose Luan, dalam laporan tertulisnya kepada Gubernur NTT di Kupang, Rabu (6/2), mengatakan banjir kiriman dari Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan serta banjir dari beberapa anak Sungai Benenain yang bermuara di Kecamatan Malaka Barat tersebut, juga merusak 120 hektare tanaman jagung, 40 hektare lahan produktif, 15 hektare ubi kayu dan 15 hektare padi ladang.
Pemerintah setempat telah melakukan tindakan penanganan secara terpadu, di antaranya mendistribusikan air bersih dengan tangki air serta menyiagakan tempat penampungan umum dua unit. "Untuk mengatasi masalah kesehatan sebagai dampak ikutan, kami telah mendistribusikan obat ke Polindes di setiap desa dan menerjunkan tim medis ke lokasi untuk membuka posko kesehatan," ujar Luan.
Langkah penanganan lainnya, yakni menyiapkan enam unit mesin pompa air untuk membersihkan sumur warga yang telah tertutup kotoran dan kemungkinan telah tercemar berbagai bakteri. "Apabila hujan dengan intensitas tinggi terus terjadi, maka banyak warga yang akan mengalami gagal panen sehingga terancam krisis pangan," tambahnya.
Sejumlah sumber yang dihubungi terpisah mengatakan tiga unit rumah penduduk yang tertimbun longsor milik Boergita Bau, Yosef Berek, dan Daminaus Fahik. "Para penghuni rumah berhasil menyelamatkan diri hanya beberapa saat sebelum longsor terjadi," ujar sumber itu.
Tiga rumah warga tersebut dibangun di tepi jalan raya antara Desa Nanaenoe dengan Desa Fahoeka yang memiliki kemiringan sekitar 60 derajat. Selain itu, ruas jalan antara Desa Nanaenoe-Fahoeka sepanjang 197 meter terputus total sehingga lalu lintas kendaraan menuju ke Atambua lumpuh.
Jems de Fortuna
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/nusatenggara/2008/02/06/brk,20080206-117027,id.html